Rabu, 10 Februari 2010
Sebuah Tanda di Dahi Kita....
Sejak aku kecil ibuku selalu bercerita tentang sebuah tanda di dahi Kita, manusia-manusia ini. Sebuah tanda yang indahnya tak terlukiskan kata, namun kekuatannya sangat dashyat luar biasa, melebihi badai manapun.
Tanda itu terpahat sedemikian sehingga tidak akan terhapuskan oleh apapun. Oleh siapapun. Kenistaan, kenajisan, kegelapan yang tergelap, bahkan api neraka tak berdaya menghapuskannya.
Sayangnya, tanda –yang hanya dapat dilihat dalam sebuah cermin ajaib itu- terlalu sering terlupakan oleh pemiliknya. Entah karena sang pemilik jarang bercermin di cermin ajaib itu atau karena memang begitu termakan oleh rasa takut oleh hantu-hantu dunia, ataupun karena sang pemiliknya tidak sungguh-sungguh mempercayai keberadaan tanda itu. Kendatipun demikian tanda itu tetap disana, di dahi mereka.
Seandainya saja mereka percaya akan tanda itu, maka dengan segera mereka akan bangkit Dan dengan gagah perkasa memukul mundur semua lawan-lawan kehidupan mereka. Walaupun tubuh mereka sudah teronggok dalam rupa tulang-belulang, bahkan dalam keadaan demikian sekalipun, urat Dan daging akan tumbuh Dan nafas kehidupan akan kembali menghidupkan mereka.
Tanda itu adalah tanda kekuasaan, yang membuat alam semesta bekerja bersama-sama dalam keharmonian mendukung Kita. Sebuah tanda yang menjadi jaminan kekal bahwa tidak Ada tantangan, kesulitan, masalah apapun yang tidak akan bertekuk lutut dikaki Kita, sepanjang Kita punya keberanian Dan ketetapan hati melawannya. Tanda itu juga yang menjamin setinggi apapun angan-angan yang ingin Kita raih-selama itu mulia- pasti akan tercapai, sepanjang Kita mempercayainya. Sebuah janji illahi yang berbicara tentang kekuatan, pemeliharaan, penyertaan Dan kesetiaan.
Tanda itu adalah : “Dicintai-NYA”
Kata ibuku, tanda inilah yang seharusnya menjadi alasan bagi seseorang untuk takut kepada DIA, yang menuliskan tanda itu. Karena ketika manusia sungguh-sungguh takut pada-NYA, maka dunia ini tidak akan sanggup lagi menakut-nakutinya Dan manusia akan memenuhi takdir mereka, sebagai Anak-Anak Raja yang tidak terkalahkan oleh apapun.
Tetapi jika Kita menafikan keberadaan tanda di dahi Kita itu, maka dunia ini dengan mudah akan memperbudak Kita. Kemudian kehidupan akan kehilangan keindahannya. Lalu Anak-Anak Raja, para Bangsawan yang seharusnya berjalan dalam iring-iringan kemuliaan itu, akan berubah wujudnya menjadi mahluk-mahluk menyedihkan yang berlarian kesana-kemari, dikuasai kebimbangan, dikejar rasa putus ASA, dirasuki ketakutan, tanpa arah, tanpa sebuah kepastian hidup.
Seandainya saja Kita mengetahui betapa mulianya diri ini dicipta, Dan betapa Kita sangat dicintai-NYA, maka setiap saat hati Kita akan berpesta pora.(***)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar