Selasa, 06 Oktober 2009
Mengapa Wanita Bermasalah dengan Citra Tubuhnya?
“Ah, perutku berlipat!” atau “Aku nggak mau lihat cermin, malas lihat pipi chubby-ku.” Sering mendengar kalimat-kalimat berisi ketidakpercayaan diri wanita semacam ini sehari-hari? Tak jarang kalimat-kalimat ini terlontar di hadapan teman sesama wanita di toilet kantor atau tempat-tempat publik. Mengapa generasi sekarang sulit sekali puas dengan bentuknya sendiri? Situs Oprah beberapa waktu lalu melakukan survei mengapa wanita sering kali merasa kurang dengan bentuk tubuhnya. Ini alasan yang terangkum.
Media
Lembaran halaman majalah dan acara-acara fashion dan film di televisi yang menampilkan model-model dan aktris-aktris bertubuh sempurna menjadi santapan kita sehari-hari. Ke mana pun kita pergi, pandangan kita akan disuguhi kilasan gambar artis-artis cantik, langsing, tanpa cela. Sehingga, secara tidak sadar, penilaian manusia akan manusia lainnya berkisar atau terobyektifkan melalui sesuatu yang visual itu. Hal ini pun secara tidak langsung membuat tekanan kepada setiap wanita, bahwa mereka harus tampil dengan kualitas para wanita cantik yang fotonya terpampang di papan-papan iklan, majalah, dan layar televisi atau bioskop. Ada kalanya di masa lalu, kecantikan wanita dinilai dari lima hal; suara, aroma, isi otak, perasaan, dan penampilannya. Kini? Yang terpenting hanya penampilannya saja: langsing, putih, memiliki rambut panjang, baju bagus, dan stylish. Padahal, tanpa banyak yang tahu, foto-foto atau gambar tersebut sudah berubah dari aslinya. Bahkan tak jarang sudah dipercantik dengan teknologi.
Pria
Banyaknya publisitas dan imajinasi yang liar di kepala pria membuat pria terpatri bahwa wanita yang sempurna adalah wanita yang bertubuh kurus. Mungkin ada sebagian pria yang menganggap bahwa lekuk tubuh wanita sintal itu cantik, namun mata mereka keburu "terlatih" untuk mencari wanita dengan tubuh kurus. Pria tak lagi bercinta dengan indera perasanya saja, tetapi juga dengan visualnya. Sementara wanita, yang secara alamiah selalu ingin menjadi yang terbaik di mata pria (baca: selalu ingin dipuji dan dicintai), akan selalu berusaha memenuhi keinginan mereka. Hal ini terus-terusan berputar seperti roda, saling mengejar.
Ekonomi
Perusahaan-perusahaan kosmetik menjual krim, suntikan, hingga operasi untuk membuat wanita lebih “cantik” menurut kaidah yang terlihat di foto-foto para artis di papan iklan dan majalah. Untuk menjual produknya ini, maka wanita calon pembeli seakan ditekan bahwa mereka harus tampil seperti hasil yang akan dihasilkan produk yang dijual perusahaan kosmetik ini. Wanita pun akan merasa buruk atau jelek jika tidak tampil seperti yang diiklankan produk tersebut.
Solusinya?
* Cobalah untuk tidak “termakan” media. Jangan terlalu tenggelam untuk bisa mengikuti para model di media fashion.
* Berhentilah membandingkan diri dengan wanita lain. Mungkin Anda sudah pernah mendengarnya, tetapi, memang benar adanya, bahwa setiap manusia memiliki kecantikannya masing-masing. Percuma menghabiskan waktu memfokuskan diri pada kelebihan yang dimiliki orang lain. Carilah kelebihan diri Anda.
* Bergabunglah dengan suasana lingkungan yang lebih sehat. Jangan terlalu terlibat ke dalam lingkungan pertemanan atau lelaki yang selalu menilai wanita lewat penampilannya saja. Perbanyak pergaulan yang sifatnya positif dan menghargai pribadi Anda apa adanya.
* Jika Anda menikah, cobalah untuk jujur kepada suami mengenai apa yang Anda rasa tentang tubuh Anda. Semakin Anda mengeluarkan apa yang ada di dalam hati Anda, makin lega pikiran dan hati Anda. Tanyakan mana bagian tubuh Anda yang ia sukai, ini akan membuat kepercayaan diri Anda terdorong.
Setiap wanita terpengaruh berdasarkan perasaan ketidakcukupan, merasa tua, kurang langsing, kurang cantik, kurang gaya, dan kurang segalanya. Wanita seharusnya bisa lebih bijak dan melawan ketidakrasionalan dan pikiran destruktif semacam ini. Lebih baik gunakan segala energi yang Anda miliki untuk mencari keunikan dan mencari cara untuk bisa berkembang. Dalam arti, jika memang dari segi kecantikan Anda merasa unik, kejarlah. Namun, jangan sampai keinginan itu hanya untuk menyenangkan pandangan orang lain sehingga Anda merusak atau menyiksa diri sendiri. Anda berharga sebagaimananya Anda yang sekarang. Setuju?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar